Apr 19, 2010

Aku Kau dan Semua

Segaris mata memandang
Biarkan
Selayar hati berkata
Pedulikan
Usah bangkitkan

Siapa kita untuk menghukum
Berbicara bahasa tuhan
Dosa pahala syurga neraka

Kita adalah sesempurna kejadian
Bukannya sesempurna makhluk
Tepuk dada muhasabah jiwa
Di mana kita
Aku kau dan semua

Apr 16, 2010

Hujung

Izinkan
Ku lukis segaris senyuman
Dengan pena bicara
Menari-nari di layar usia
Mencantin ruang-ruang yang ada

Akanku
Lakarkan lukisan masa depan
Dan kita warnai
Biru atau ungu
Merah atau jingga
Seindah pelangi tercipta
Bersama

Tergantung
Potret lukisan itu
Selagi nafas ku hela
Hingga hujung ...

Formula Apa

Ku himpun rindu
Satu persatu
Dihitung jari tak cukup
Dicongak minda pening
Kalkulator tak mampu
Infiniti

Formula apa
Bisa tambah sabar
Tolak gusar
Ganda ikhtiar

Jawapan
Ku tulis pada angin
Hantar pada pemeriksa
Lulus atau tidak
Kuasa di tanganNya

Pesalah II

Lari
Loloskan diri
Penjara tak lagi terkunci
Penguasa sudah tak peduli
Merdeka kini

Bertebaranlah kalian
Mencari pohon pohon naungan
Andai ada ruang
Tumpang berteduh
Barang semalaman

Terbangun
Dikejutkan mentari
Pohon pohon naungan hilang
Sendirian

Senyum
Dihambat resah
Untuk apa gundah
Biarkan sajalah

Penguasa
Aku kembali
Bukakan pintu besi
Inginku menetap disini

Apr 13, 2010

Pesalah

Merdu
Alunan bertalu talu
Dinding penjaraku
Diketuk pesalah rindu
Merayu rayu

Simpati kasih
Ingin bebas lolos
Kemana agaknya
Kemana mereka mahu berlindung
Tinggal saja disini
Aku bukan kongkong

Andai bebas
Bagaimana nanti
Resah penguasa jiwa

Biarkan pergi
Nasib sudah terpatri
Fitrah difahami
Jika terbuang
Pasti hilang dalam sepi
Kembalilah ke sini

Apr 11, 2010

Denai Usia

Di denai usia
Ku lewati penuh pertanyaan
Mengutip pelita-pelita pengalaman
Yang tertinggal
Yang ditinggalkan

Aku nyalai
Menyuluh jalan
Biarpun malap

Di pondok usang
Aku singgah
Bersama mereka
Bermuhasabah
Bercerita
Bukan tertewas

Ku hela segalanya
Sebati dengan jiwa
Sebati dengan rasa

Langkah diatur kembali
Pergi
Mencari haluan sendiri
Terima kasih pak tua
Semoga takdir menentukan
Dimana kita bertemu

Rindu

Rindu
Rasa dibelenggu
Merantai hati jiwa
Tak keruan
Sasau
Ruang minda karatku kelam

Rindu
Bagaimana rasamu
Ingin kiranya ku tahu
Andai ada terhimpun sesuatu
Bisikanlah
Agar hilang resah

Biarpun dipisah laut china selatan
Kita memandang bulan yang satu
Walaupun berjauhan
Hati ini dekat selalu

Pudar

Pudar
Rasa itu pudar
Usah kau cuba bundar
Sisa-sisa tertinggal
Tiada lagi gusar

Saat kau pergi
Harapanku luluh
Bukan salahmu
Mungkin aku tak mampu
Takdir tak menyuluh

Dulu tersiksa
Kini lebih seksa
Merasa apa yang ku rasa
Berada di sisinya
Dihiasi gelak tawa
Aku bahagia

Apr 10, 2010

Perajurit

utusan seribu satu perajurit
mengepung kota-kota sepi
ikrarku hanya satu
ikrarku menaklukimu

kibarkan panji-panji tulus sepanjang jalan
ku titipkan mantera suci penuh pengertian
agar terpesona karena mulus
ledakkan rasa yang tak lagi tandus

sahutkan kata-kata menyerah
semboyankan laungan keagungan rasa
seribu satu obor akan ku nyalakan di segenap kota
menghingarkan suasana yang kelam

iktikadku impianku
berundur ku kerna ku mahu
kyomi ...

Definisiku Hujahku

Definisikan aku tentang harapan
Penghujungnya di mana
Hujahkan aku tentang impian
Setinggi mana bisa tergantung

Jangan dilambung terlalu tinggi
Lepas tangan pecah berderai
Ditadah nanti melukai hati
Beringat ingat ...

Laungkan impian biar bergema
Biar mereka turut merasa
Atau simpan saja di ujung dunia
Menjadi wasiat tanpa empunya
Sia sia ...

Erti

Aku
Berdiri
Memandang kanan kiri
Mencari
Sesuatu yang pasti
Tak mengerti
Tak fahami
Mendongak langit
Melihat bumi

Aku
Duduk
Bersila bukan bersimpuh
Tenang tapi utuh
Menarik nafas hembus
Masih memandang
Biarkan
Pengertian bukan sekarang
Maksud pasti datang

Nanti ku bangun lagi
Izinku menikmati rasa ini